Rabu, 22 April 2009

PERNYATAAN SIKAP
No. 01/ILMIKI/IV/2009


Lahirnya ILMIKI pada 24 September 2000 menunjukkan upaya mahasiswa keperawatan untuk berperan serta mengukir sejarah perkembangan keperawatan profesional di Indonesia. ILMIKI diharapkan mampu menjadi wadah bagi perkembangan keperawatan dan jaringan komunikasi lembaga mahasiswa ilmu keperawatan. Sehingga mahasiwa keperawatan memiliki satu wadah yang utuh.

Sejarah membuktikan bahwa tinta-tinta emas telah diukir oleh mahasiswa. Dinamisasi pergerakan mahasiswa mampu memberikan perubahan signifikan bagi perubahan sosial dan corak kehidupan masyarakat. Melalui fungsinya sebagai iron stock, agent of change, dan social control, mahasiswa tidak hanya menjadi kader penerus bangsa tapi juga memberikan kontribusi bagi pengawasan kebijakan sosial dan pembuat perubahan.
Kondisi masyarakat Indonesia khususnya dalam bidang kesehatan saat ini mengalami fase kemunduran. Berbagai peristiwa yang terjadi di seluruh pelosok negeri ini, telah menuntut profesionalitas dalam aspek kesehatan. Tenaga kesehatan yang berkualitas menjadi tuntutan pelayanan di masyarakat. Dinamisasi kondisi antar profesi kesehatan cukup mempunyai pengaruh kuat dalam menentukan langkah konkrit menuju masyarakat Indonesia yang sehat.

Dunia keperawatan saat ini mengalami fase-fase kemajuan dengan berbagai gejolak di berbagai sisi. Namun demikian bukan berarti kita terlena oleh kemajuan tersebut.. Berbagai kebijakan harus disikapi dengan cermat dan teliti. Keperawatan harus punya sikap yang tegas terhadap kondisi yang dihadapi. Masih banyak yang harus diperjuangkan untuk profesi ini.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia menyatakan beberapa isu yang menjadi perjuangan kami, yaitu :
1. Tentang legislasi keperawatan menuju keperawatan professional
2. Penataan lahan praktik pendidikan keperawatan menyangkut RS pendidikan
3. Penerapan standarisasi institusi pendidikan
4. Kontribusi konkrit secara tanggap terhadap masalah kesehatan
5. Globalisasi perawat
6. Sosialisasi RUU keperawatan terkait dengan masalah D4 keperawatan
7. Upaya meningkatkan rasa bangga akan profesi keperawatan
8. Persamaan pernyataan gerak untuk aksi nasional
Menyikapi isu-Isu diatas maka bentuk organ yang diharapkan :
1. Bidang pendidikan terkait dengan RS pendidikan dan pelaksanaan standarisasi institusi pendidikan
2. SOSMAS, terkait kontribusi konkrit terhadap masalah keperawatan
3. Kajian strategi terkait mangkaji masalah globalisasi, sosialisasi RUU keperawatan dan urgensinya serta sosialisasi D4
4. Advokasi berkaitan dengan persamaan gerak dalam aksi nasional
5. Pengembangan SDM berkaitan dengan kurangnya rasa bangga profesi keperawatan

MAKASSAR, 4 APRIL 2009

Atas nama anggota ILMIKI
UNIV SYAH KUALA BANDA ACEH, UNIV SUMATERA UTARA MEDAN, UNIV ANDALAS PADANG, STIKES CERIA BUANA, STIKES BINA HUSADA PALEMBANG, UNIV SRIWIJAYA PALEMBANG, UNIVERSITAS INDONESIA, UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, STIK ST. CAROLUS JAKARTA, UNIV MUHAMMADIYAH JAKARTA, UNIV PADJAJARAN BANDUNG, UNIV GADJAH MADA YOGYAKARTA, UNIV MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA, STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA, UNIV JEND. SUDIRMAN PURWOKERTO, UNIV MUHAMMADIYAH SURAKARTA, UNIV DIPONEGORO SEMARANG, UNIV BRAWIJAYA MALANG, UNIV AIRLANGGA SURABAYA,UNIV MUHAMMADIYAH MALANG, UNIV HASANUDDIN MAKASSAR, UNIV INDONESIA TIMUR MAKASSAR

Selasa, 21 April 2009

Bersyukur Menjadi Perawat


2009 March 16
tags: Add new tag20
by dudih

Bagi sebagian masyarakat indonesia profesi keperawatan bukanlah merupakan profesi yang membanggakan kalau bisa di bilang kurang diminati, menjadi perawat bukan prioritas pilihan hidup

Mungkin kita masih ingat dengan iklan popular yang selalu di tayangkan di televise swasta menceritakan angan anak-anak yang mengatakan , aku ingin jadi dokter, aku ingin jadi pilot atau aku ingin jadi insinyur, namun tidak ada pernyataan aku ingin jadi perawat.

Sebenarnya tidak perlu dulu, kita bertanya kepada orang lain mengapa mereka enggan dan tidak menjadikan profesi keperawatan sebagai prioritas pilihan hidup, alangkah bijaknya apabila kita bertanya kepada diri sendiri , ketika baru saja lulus dari sekolah menengah lanjutan atas, apakah pilihan memasuki akademi keperawatan telah menjadi prioritas pertama kita??,mungkin hanya berapa persen saja yang punya pilihan seperti itu, akan tetapi kebanyakan teman –teman kita termasuk saya sendiri merupakan pilihan kedua, ketiga, pilihan orang tua atau bahkan pilihan terakhir karena sudah tidak keterima kemana-mana.

Ada real anekdot yang cukup menggelikan, kenapa saya sebut “real anekdot” karena benar-benar ceita ini terjadi. Teman saya dipaksa orang tuanya untuk kuliah di akademi keperawatan, dengan alasan mengikuti jejak kakanya yang telah lama lulus di akper dan hidupnya sudah berhasil sejahtera jadi mantri di kampungnya sendiri, tapi teman saya ini tidak mau dan tidak berminat untuk jadi perawat dia lebih suka ke tekhnik sipil ITB, celakanya jadwal ujian di akper lebih dulu daripada di UMPTN, dari perdebatan yang panjang dan sengit sekali antara orang tua dan anak, karena masing –masing menginginkan pendapatnya masing-masing diikuti, akhirnya teman saya ini mengikuti arahan orang tuanya dengan satu syarat dia di perbolehkan mengikuti UMPTN juga, kebetulan waktu ujian Akper lebih awal dari UMPTN,sehingga anak ini kemudian ikuti ujian AKPER dulu tapi kemudian dia ikut juga ujian UMPTN, persaingan di akper berselisih 1:10, 400 orang pendaftar dan di terima 40 orang, memang agak ketat juga, maklum akper negeri, sementara di UMPTN 1:25 jauh lebih sulit,

Pada waktu pengumuman, mungkin kita sudah bisa nebak mana yang akan lulus lebih mudah,tentunya test AKPER lebih berpeluang lulus karena tingkat persaingan relative lebih ringan, namun kejadian terbalik, ujian UMPTN yang lulus dan ujian AKPER yang tidak lulus, kenapa hal itu bisa terjadi, belakangan diketahui teman saya ini bercerita ternyata dia menjawab soal soal pada waktu ujian di Akper itu sengaja memilih jawaban-jawaban yang salah, sementara untuk UMPTN dia benar benar menggunakan kemampuanya untuk menjawab soal – soal dengan tepat.

Dari anekdot nyata tersebut kita bisa mengambil pelajaran,ternyata pilihan menjadi profesi keperawatan sebagian besar bagi masyarakat indonesia adalah bukan merupakan pilihan hidup, pilihan yang diminati.

Pertanyaan mendasar yang terbersit adalah mengapa pilihan untuk menjalankan profesi keperawatan bukan sesuatu yang membanggakan/ bukan profesi yang diminati ?? atau dengan kata lain kenapa kebanyakan orang lebih memilih profesi lainya ketimbang profesi keperawatan? Ini merupakan sesuatu yang perlu kita cermati dan analisa kalau bisa memberikan solusinya karena bagaimana pun kita yang telah menjadi dan menekuni insane keperawatan mempunyai sedikit banyak tanggung jawab untuk mencarikan solusi sehingga menjadikan profesi ini maju dan berkembang seperti profesi-profesi lainya.

Menurut hemat saya, paling tidak ada beberapa alasan kenapa orang merasa enggan memasuki dunia profesi keperawatan antara lain adalah :

1. Tingkat kesejahteraan yang relative rendah, bahkan kalau boleh dibilang sangat rendah, seperti kita ketahui teman-teman sejawat kita yang banyak bekerja di rumah sakit dan pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat di daerah-daerah mereka hanya berpendapatan yang relative minim, dan bagi perawat yang mendapatkan pekerjaan sebagai “perawat bantu” mereka mendapatkan gaji yang sangat-sangat minim atau tidak layak sama sekali

2. Jenis pekerjaan yang relative berat jika disbanding dengan profesi-profesi lainya, selain kebanyakan jadwal kerja yang di shift dan aktivitas yang selalu dihadapkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, hal ini memerlukan tingkat kesabaran dan ketelitian lebih, dimana yang kita sevice adalah manusia , unik dan bersipat komprehensif

3. Tingkat penghargaan dari masyarakat secara umum belum begitu tinggi berbeda dengan di Negara-negara maju lainya dimana masyarakat umum sangat menghargai dan menghormati sekali dengan profesik eperawatan ini, dan saya kira ini juga merupakan tantangan tersendiri bagi insane keperawatan untuk membuktikan bahwa profesi ini bernilai tinggi dan sejajar dengan profesi-profesi lainya.

Terlepas dari cerita diatas dan opini yang berkembang di masyarakat indonesia tentang profesi keperawatan, barangkali ada sesuatu yang perlu kita cermati dan resapi secara mendalam terutama tentang keberadaan kita di negeri Kuwait ini sebagai insan keperawatan indonesia yang mana harus diakui senang ataupun tidak, ternyata kita sangat-sangat menikmati profesi keperwatan dan bekerja disini, paling tidak banyak sesuatu yang telah kita dapatkan karena kita bekerja disini, perantaranya karena kita sebagai perawat.

Cobalah kita sedikit renungkan, gaji yang didapat disini jauh lebih besar dari teman-teman sejawat yang bekerja di negera kita dengan tingkat level pendidikan yang sama, atau bahkan lebih tinggi,

Kemudahan untuk menjalankan Ibadah haji dan Umrah bagi saudara kita yang muslim, dengan biaya relative murah dan usia kita yang masih muda-muda, adakah teman kita yang sudah menjalankan ibadah haji disana?

Sedikit banyak kita telah berperan membantu mengubah tingkat pendidikan, kesejahteraan keluarga, saudara, bahkan teman dan handai taulan kita. Banyak sekali teman-teman kita disini yang menjadi tulang punggung keluarganya, membiayai pendidikan adik adiknya, memberikan modal untuk bisnis-bisnis saudaranya, membantu tetangganya yang kesempitan ekonomi, bahkan sebagian teman kita telah mampu menciptakan lapangan kerja dengan berhasil mendirikan UKM –UKM.bukankah ini sesuatu yang harus kita syukuri…!

Dan yang paling merenyuh hati, ketika pulang annual leave tersirat di wajah orang tua kita, rasa bangga atas anaknya yang telah mandiri bahkan mampu membantu sesamanya.

Tidak kah kita bisa mensyukuri nya……!!!!

wallahu alam bishowab.

by.kurnia